Ini senja
Senja ini tak jingga
Gelap. Mendung.
Perlahan tetesan hujan jatuh berbaur seakan satu
Perlahan hujan dan bumi saling memeluk seakan rindu
Hujan. Rindu.
Semuanya seakan terjadi setahun lalu
Dengar, bahkan hujan pun mengerti
Dialunkannya lagu-lagu syahdu
Lagu-lagu yang hanya mampu didengar oleh dia yang merindu
Lagu-lagu refleksi jiwa milik dia yang ingin cepat bertemu
Rindu.
Masih terpahat jelas tatapan manismu di ingatanku
Masih bergaung jelas suara khasmu di telingaku
Pahit. Tak ingin merindu namun ku candu.
Sial!
Mengapa hujan ini mengingatkanku padamu?
Mengapa hujan begitu tau?
Aku.......rindu.
Entah berapa kali harus ku katakan
Aku rindu. Ingin bertemu, aku rindu.
Entah aku terbius atau memang aku merindu, akupun tak tahu
Entahlah, rindu jenis apa ini
Hujan.....
Apa kabarnya si pengobat rinduku itu?
Masihkah dia diam seakan tak mau tahu?
Hujan.....
Bisakah engkau sampaikan padanya, bahwa bathinku lelah merindu?
Lelah merindukan yang telah berlalu?
Hujan.....
Pantaskah aku merindu kepada hati yang bukan milikku?
Sumber: http://amandaapew.blogspot.com/2013/05/ketika-hujan-mengerti.html
Maap ya pew, sedikit diedit itu puisinya hehe._.
Sunday, June 30, 2013
Friday, June 21, 2013
Berharap Kau Tahu Segalanya Tentangku.
Tak bisakah engkau melihat binar mataku yang memancarkan kepedihan ini? Iya. Aku kecewa dengan keadaan. Sangat kecewa. Dan apa daya? Semuanya tak bisa lagi ku jabarkan melalui frasa atau kalimat apapun. Terkesan aneh? Memang. Tapi mau bagaimana? Kekecewaan ini sudah terlalu mendalam. Bola mata berwarna cokelat ini selalu menutupi kepedihanku selama ini. Kedua mataku sudah lelah meneteskan air mata. Hatiku yang kuat juga mungkin sudah letih dan akan menjadi lemah jika harus teriris terus.
Jujur saja, hati kecilku berharap sekali agar kamu mengetahui, mengerti, dan memperhatikannya. Apa? Kau bilang aku egois? Demi apa kau mengatakannya? Aku selalu memperhatikanmu. Tapi kau? Ah sudahlah. Mungkin penilaianmu kali ini salah. Coba koreksi. Nyatanya saja, kamu tak tahu keadaanku, tak pernah mau tahu tentangku, dan tak akan tahu bahkan mungkin sampai tulisan ini usang.
Iya. Senyum dari bibir ini memang sengaja aku sunggingkan setiap harinya. Senyum ini bisa dikatakan sebagai senjataku. Senjata untuk menutupi kepedihan dan kelaraanku selama ini sekaligus untuk membantu kedua bola mataku menutupinya. Mungkin kau selalu melihatku tertawa. Tetapi apa kau tahu? Dibalik senyum dan tawaku, aku menyimpan ratusan kesedihan. Dan sesungguhnya, aku hanya ingin kau mengetahuinya. Hanya kau. Bukan yang lain. Sesungguhnya pula, aku hanya ingin kau yang ada disampingku saat ini dengan tangan yang menggenggam jemariku dan dengan bibir yang tak akan mengucapkan selamat tinggal.
Jujur saja, hati kecilku berharap sekali agar kamu mengetahui, mengerti, dan memperhatikannya. Apa? Kau bilang aku egois? Demi apa kau mengatakannya? Aku selalu memperhatikanmu. Tapi kau? Ah sudahlah. Mungkin penilaianmu kali ini salah. Coba koreksi. Nyatanya saja, kamu tak tahu keadaanku, tak pernah mau tahu tentangku, dan tak akan tahu bahkan mungkin sampai tulisan ini usang.
Iya. Senyum dari bibir ini memang sengaja aku sunggingkan setiap harinya. Senyum ini bisa dikatakan sebagai senjataku. Senjata untuk menutupi kepedihan dan kelaraanku selama ini sekaligus untuk membantu kedua bola mataku menutupinya. Mungkin kau selalu melihatku tertawa. Tetapi apa kau tahu? Dibalik senyum dan tawaku, aku menyimpan ratusan kesedihan. Dan sesungguhnya, aku hanya ingin kau mengetahuinya. Hanya kau. Bukan yang lain. Sesungguhnya pula, aku hanya ingin kau yang ada disampingku saat ini dengan tangan yang menggenggam jemariku dan dengan bibir yang tak akan mengucapkan selamat tinggal.
Monday, June 17, 2013
Classmeeting II
Berri.
Stereo (Bayu Safana, Gilang Amagest, Berri, Muhammad Rizky Soegesti Aldo)
Ceritanya lagi tanding.
Dodo dan Berri.
Berri dan Dian Asa Agusta.
Pertandingan masih berlanjut.
Kayaknya pas nyetak gol.
Eldian anak X7, sih.
Yovan Andri Giovanni. Anak X7 juga.
Ceritanya pas lagi tanding, tiba-tiba ada ginian di langit.
Ini sih anak akselerasi pas mau tanding. Yang saya tahu cuma Wahyudi Syahputra sama Muhammad Hidayat disitu. Selain itu saya gak kenal.
14 itu Berri.
Ini Roy anak akselerasi.
Ini sih Fryanto Tambunan anak X6.
Ini anak X7. Kayanya namanya Dedek.
Ini...anak aksel. Dan yang saya tahu hanya Dayat.
Ceritanya Berri, Luthfi, sama Adhim lagi ngobrol gitu. Mungkin ngomongin bola.
Ini teh Dono anak X5.
Yang ini juga anak X5. Tapi namanya Evan Satria Agung.
Ini ceritanya X6 lagi tanding sama X7. Dan yang difoto itu namanya Yovan Andri Giovanni sama Hafizh Ashiddieqy.
Ini ada anak X6 sama anak X7.
Sutan Moh. Razali ceritanya jadi wasit.
Ini mah anak X6. Hafizh sama Haposan.
sabar ya. ini belum selesai. masih ada 150an lebih yg blm dipost.ya dari kemaren tersendat karena mati lampu tiba2 dan laptop mati tibatiba:')
Saturday, June 15, 2013
Mereka yang Berjuang Walau Kesakitan.
Sesuatu yang dipersatukan Tuhan tak dapat dipisahkan manusia. Seringkali kita menyebutnya jodoh. Ketika berlari, selalu tertuju ke arah yang sama. Ketika mencoba untuk pergi, selalu kembali ke jalan yang sama. Semua berputar dan berotasi, konsep jodoh sendiri semakin tereksplorasi. Katanya, jodoh berarti memiliki banyak kesamaan. Katanya, jodoh berkaitan dengan hilangnya perbedaan. Dan katanya lagi, jodoh adalah soal memiliki seutuhnya. Jika itulah yang berarti jodoh, lantas bagaimana mereka yang jelas-jelas berbeda?
Jatuh cinta menimbulkan banyak rasa juga tanya. Ada yang bertemu, begitu mudah jatuh cinta, lalu kemudian memiliki. Ada juga yang tak sengaja bertemu, menjalin persahabatan, lalu saling mencintai. Ada lagi yang tak pernah rencanakan apapun, tapi tiba-tiba jatuh cinta, namun terhalang untuk memiliki karena perbedaan agama.
Pernahkah kita melirik sedikit pada jiwa-jiwa yang jatuh cinta walau berbeda? Seberapa besarkah perjuangan yang mereka lakukan hanya untuk merasakan jatuh cinta layaknya pasangan normal lainnya? Mereka terkadang terpojokkan, oleh perbedaan yang katanya sulit disatukan; norma agama...sesuatu yang sudah menjadi patokan dan tak mampu lagi ditawar. Mereka berbeda tapi masih berjuang, mereka temukan banyak luka tapi berusaha tak terlihat kesakitan.
Ketika yang lain sibuk mencumbu tanpa pernah mengerti arti cinta yang sesungguhnya, mereka sibuk mengeja dan merapal doa yang sama; meskipun diucapkan dengan bahasa yang berbeda. Dalam setiap sujud, dalam setiap lipatan tangan, dalam setiap sentuhan Al-Quran, dan dalam setiap sentuhan Alkitab, mereka saling mendoakan, meskipun tahu segalanya tak memungkinkan.
Segalanya terlewati dengan cara yang berbeda, apakah salah mereka? Hingga dunia menatap mereka layaknya penjahat kecil yang pasti bersalah dan tak berhak untuk membela diri. Apa salah mereka, jika mereka sama-sama mengenal Tuhan walaupun memanggil-Nya dengan panggilan berbeda?
Jika Tuhan inginkan sebuah penyatuan, mengapa Dia ciptakan perbedaan? Apa gunanya cinta dalam Bhinneka Tunggal Ika jika semua hanya abadi dalam ucapan bibir semata?
Sumber: http://dwitasarii.blogspot.com/search/label/%23CintaTapiBeda
Jatuh cinta menimbulkan banyak rasa juga tanya. Ada yang bertemu, begitu mudah jatuh cinta, lalu kemudian memiliki. Ada juga yang tak sengaja bertemu, menjalin persahabatan, lalu saling mencintai. Ada lagi yang tak pernah rencanakan apapun, tapi tiba-tiba jatuh cinta, namun terhalang untuk memiliki karena perbedaan agama.
Pernahkah kita melirik sedikit pada jiwa-jiwa yang jatuh cinta walau berbeda? Seberapa besarkah perjuangan yang mereka lakukan hanya untuk merasakan jatuh cinta layaknya pasangan normal lainnya? Mereka terkadang terpojokkan, oleh perbedaan yang katanya sulit disatukan; norma agama...sesuatu yang sudah menjadi patokan dan tak mampu lagi ditawar. Mereka berbeda tapi masih berjuang, mereka temukan banyak luka tapi berusaha tak terlihat kesakitan.
Ketika yang lain sibuk mencumbu tanpa pernah mengerti arti cinta yang sesungguhnya, mereka sibuk mengeja dan merapal doa yang sama; meskipun diucapkan dengan bahasa yang berbeda. Dalam setiap sujud, dalam setiap lipatan tangan, dalam setiap sentuhan Al-Quran, dan dalam setiap sentuhan Alkitab, mereka saling mendoakan, meskipun tahu segalanya tak memungkinkan.
Segalanya terlewati dengan cara yang berbeda, apakah salah mereka? Hingga dunia menatap mereka layaknya penjahat kecil yang pasti bersalah dan tak berhak untuk membela diri. Apa salah mereka, jika mereka sama-sama mengenal Tuhan walaupun memanggil-Nya dengan panggilan berbeda?
Jika Tuhan inginkan sebuah penyatuan, mengapa Dia ciptakan perbedaan? Apa gunanya cinta dalam Bhinneka Tunggal Ika jika semua hanya abadi dalam ucapan bibir semata?
Sumber: http://dwitasarii.blogspot.com/search/label/%23CintaTapiBeda
Subscribe to:
Posts (Atom)