Monday, September 8, 2014

Mungkin Salahku

Mungkin ini salahku. Atau malah salahmu? Aku tak mau menyalahkanmu atau siapapun, biarlah aku yang salah disini. Maaf untuk itu.

Bolehkah aku bertanya padamu? Jika boleh, aku ingin bertanya perihal sesuatu yang selama ini aku gelisahkan. Apa aku terlalu tak peduli padamu? Kau tahu, tak peduliku sebenarnya peduli. Tak peduliku kadang berarti ingin diperhatikan. Ah, mungkin kau tak mengerti. Lalu mengapa kau tak mencoba untuk mengerti? Pahamilah bagaimana aku ini. Oh maaf, aku lupa. Iya, aku lupa kalau aku sudah berjanji tak ingin menyalahkanmu disini.

Sudahlah, selamat tinggal. Tak apa aku sendiri disini. Aku ikhlas menekan luka. Aku ikhlas menaburkan garam dilukaku sendiri. Toh, kau juga telah pergi. Mungkin ini salahku jika aku selama ini terlihat tak peduli namun ternyata dalam hati menyimpan rasa sayang yang begitu besar. Mungkin ini salahku yang tak pernah bisa ikhlas ditinggal.

Semoga aku ikhlas melihat punggungmu yang perlahan menghilang pergi meninggalkan aku sendiri ditempat ini. Semoga aku ikhlas mengucapkan selamat tinggal pada punggungmu yang tampaknya tak sudi lagi menoleh kearahku. Semoga.

Friday, June 20, 2014

Lagi, ia menangis.

Ditempat ini, segala kesedihan tumpah; menyatu bersama bayangan yang perlahan meleleh terbakar kenangan.

Malam ini gelap. Gelapnya terasa beda. Lebih gelap daripada biasanya. Gelapnya terasa semakin pekat ketika tahu bahwa pendar bulan dan kilau bintang hilang ditelan awan hitam. Tak ada bulan, tak ada bintang. Tak ada yang bersinar di atas sana. Tapi, entah. Sepertinya masih ada sesuatu yang bersinar yang duduk dibangku ini. Lebih terang daripada rembulan. Iya, mungkin yang bersinar itu; bayanganmu.

Seorang perempuan memandang langit dan kemudian tersenyum. "Apa kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu." Entahlah. Tiba-tiba kata-kata itu keluar begitu saja dari bibir tipisnya.

"Aku disini. Masih berharap." Sekali lagi, perempuan itu tersenyum. Matanya mulai nanar.

Kenapa rindu bisa sedemikian pedihnya? Angin yang berhembus seolah menusuk tubuh mungilnya berkali-kali. Menyiksa perempuan itu dengan setiap hembusannya. Sepertinya angin saja bahagia melihat ia seperti ini. Sudah tiga tahun setelah pemakaman tersebut, tapi perempuan itu masih seperti ini. Duduk. Menangis. Hampir setiap hari.

Perempuan itu masih menatap langit. Satu bintang mungil tiba-tiba muncul. Terang benderang. Membuat tenang. Perempuan itu tersenyum; entah untuk keberapa kalinya. "Kau disana melihatku, bukan? Kau mendengarku, bukan? Jangan marah karena aku masih disini selarut ini. Aku terjaga dan aku.....aku hanya rindu." Kali ini ia tersenyum dengan air mata yang perlahan-lahan mengalir.

"Tunggu aku. Disana." Ia menghapus air matanya dan kembali tersenyum saat mengingat bahwa bintang itu akan marah jika melihatnya menangis.

Tak ada bulan, tak ada bintang. Tak ada yang bersinar. Sekiranya, seperti itu hidupku tanpamu.

Friday, April 11, 2014

Kali Ini Tentang TOE

Kalau tahun kemarin bahasnya tentang Stereo, nah karena akunya udah naik kelas -ceritanya udah jadi kaka kelas- sekarang kita bahas tentang Toe. Apa itu Toe? Apa? Jempol kaki? Eh bukan. Toe itu kepanjangan dari Thine Of Elest. Thine Of Elest sendiri punya kepanjangan lagi, yaitu The Intelligence Of Eleven Science Two. Ribet ya? Agak ribet memang, aku yang salah satu Part of Toe aja sampe sekarang masih sering sakit kepala kalo nginget nama kelas. *sebenernya gak sebegininya* *sekali-sekali lebay gak apa-apa kan?* *sengaja pake bintang biar kaya anak gaul* *tapi jatohnya kok kaya anak alay* *ah sekali-sekali alay gak apa-apa kan?* *iyain aja, biar cepet*

Toe. Entah, di dalamnya ada malaikat, ada juga hantu. Ya wajar, semua kelas pasti gitu kan? Intinya, anak-anaknya asik-asik, lucu, baik, pinter, alim, anak gaul semua nih isinya. *sebenernya aku rada nyesel ditambah sakit perut gimana gitu pas nulis ini tapi ya sudahlah*

Dulu, nama wali kelas kami itu Bu Jumiati. Tapi karena adanya pergantian guru, mutasi, atau apalah itu, wali kelas kami diganti jadi Bu Erwinda. Bu Jumiati adalah guru Bahasa Indonesia sedangkan Bu Erwinda adalah guru Kewarganegaraan. Dua-duanya sama-sama cantik. Bu Jumiati itu orangnya baik, gaul pake banget, jiwanya muda, kalo udah ngejelasin pelajaran, kaya Standup Comedy deh pokoknya. Raditya Dika aja sampe kalah. *sebenernya ngga sampe ngalahin Raditya Dika juga sih* Kalo Bu Erwinda, orangnya baik, rapi, wanginya dari jarak 1 meter pasti kecium, tegas juga. Entahlah. Kalo Bu Jumiati itu cuek, kalo Bu Erwinda itu tegas ditambah harus cepet kerjanya. Tapi kami sayang keduanya, kok. Oh ya, Bu Jumiati di mutasi ke SMA Negeri 3. Ya sudahlah. Kita pindah ke topik lain.

Mau dijelasin satu per satu ngga anak-anaknya? Ayo deh. Dari mana ya? Absen? Ga nginget *sekretaris macam apa ini?* *ampuni aku teman* Dari denah aja ya.

1. Yohana Lasma Azaria
Yohana. Anaknya baik, care. Badannya berisi. Suaranya? Jangan ditanya. Dia ini salah satu Diva Smansa. Dia juga menang lomba nyanyi gitu. Emang sih cuma antar kelas, tapi itu prestasi juga men. Bukan kaleng-kaleng Yohana nih. Yohana itu Part Of Mami Fiqa's Geng. Kalo ngomongin Yohana, pasti keinget sama curhatannya. Tiap ketemu, langsung curhat. Dipancing, langsung curhat. Pokoknya pantang banget. Curhatannya juga galau semua. Heran, ini anak penggalau berat. Entahlah, mungkin sebentar lagi bakal masuk rekor muri Siswa Tergalau Seluruh Indonesia.

2. Angelica Tinambunan
Nah ini temen sebangkunya Yohana. Anaknya diem banget. Suaranya pelan halus gitu. Angel cantik. Keliatannya emang tegar banget, tapi kadang akunya penasaran. Sebenernya ini anak pasti menyimpan kegalauan juga eaaaa. Angel jarang mau curhat. Berbanding terbalik sama Yohana deh pokoknya. Ini juga masuk geng Mami Fiqa.

3. Atira
Atira? Atira itu bendahara. Atira memang badannya paling kecil di kelas, tapi suaranya? Mungkin paling kenceng di kelas. Gatau si Atira makannya apaan. Pokoknya ya gitu. Suaranya astagfirullah. Atira anak pramuka. Anak laut juga. Bukan anak laut beneran, maksudnya itu ada salah satu kegiatan angkatan laut eh gatau deh, pokoknya kegiatan kaya pramuka, tapi di laut. Ya gitu deh pokoknya. Atira aktiffffffff banget di pramuka juga laut-lautnya itu. Ga ngerti akunya. Pokoknya ini anak pasti mandiri banget, yaiyalah kan anak pramuka. Atira bisa lah dimasukin ke dalam "Daftar Calon Istri Masa Depan". Atira masuk ke dalam geng Mami Fiqa juga loh.

4. Nur Afiqah Batrisyia
Panggilannya Fiqa. Anaknya comel. Suaranya? Comel juga. Kalo lagi nyanyi? Suaranya badai. Jago Biologi. Katanya sih, dia paling suka pelajaran Biologi. Suka dipanggil Mami sama temen-temennya. Aku ngga tau kenapa bisa dipanggil Mami tapi ya sudahlah. Pokoknya Fiqa itu baik banget. Lembut penuh perhatian. *agak nyesel nulis ini sih, Fiq* Fiqa temen sebangkunya Atira nih. Pokoknya Fiqa itu kayanya Ketua Geng Mami Fiqa. Liat aja, judulnya aja udah Mami Fiqa. Anggota gengnya juga suka bilang kalo mereka itu anak-anaknya Mami Fiqa. Jangan tanya sama aku siapa ayahnya karena aku pun tidak tahu, teman.

5. Rebecha Uli Ezra
Ini anak duduknya didepan aku. Kadang ngeselin, kadang juga baik dan comel. Panggilannya "Rebek" walaupun dia nyuruh kami manggil "Eca". Anaknya kecil, putih. Rebecha punya banyaaaakkk cerita. Dia paling sering nyeritain tentang anjingnya ke aku padahal aku tak mengerti apapun tentang anjing. Dia sering ngeganggu aku sama Laras. Pokoknya yang duduk dibelakang Rebecha, pasti menderita. Oh ya, dia juga kolektor film. Rebecha juga kaya punya salon di kelas. Dia jago dalam hal kepang-mengepang rambut. Langganannya banyak hahahaha. Dia suka ngambek tiba-tiba, tapi nanti baiknya juga tiba-tiba. Ah pokoknya Rebecha itu jomblo yang sulit dimengerti.

6. Rian Oktaviandi
Rian? Otaknya encer. Baik juga. Cowo terlangsing kedua setelah Hengky. Wakil ketua kelas nih bukan kaleng-kaleng. Ini salah satu cowok paling rajin yang pernah aku temui. Kabarnya sih Rian lagi deket sama anak kelas sebelah. Rian anak LCC. Itu loh, yang ngafalin satu buku Undang-Undang. *sebenernya ngga satu buku, sih* Dia juga orangnya kagetan. Suka kaget tiba-tiba gitu. Rian itu ketuanya aku di Divisi Wirausaha di OSIS. Hehehehe.

7. Erni
Aku ngga tau namanya Erni aja apa Erni Susanto. Anaknya polos banget sumpah. Btw dia suka ngomong kalo dia jomblo 16 tahun. Entahlah ini kode atau apa. Dia suka sama banyak lagu. Erni pernah suka sama lagunya Justin Timberlake - Mirrors. Erni amoy gaul, pinter lagi. Juara satunya IPA 2 nih. Erni itu anak paling rajin. Ketinggalan catetan dikit, udah mulai deh tuh nanya-nanya ke orang-orang tentang catatan tersebut. Bahasa Inggrisnya? Ngga usah ditanya lah. Mungkin dia ini bule kesasar. Erni juga anak debat Bahasa Inggris. Pokoknya Erni ini keren bangetlah. Ohya, Erni juga pernah bilang kalo tulisan aku kaya Font. Walau sebenernya aku tau tulisan aku kaya anak TK. Makasih telah menghibur, Errrr:')

8. Melinda
Melinda. Melinda Tsai. Pokoknya Melinda. Melinda ini suka bersin tiba-tiba. Apalagi pas ulangan, selalu bersin. Apa mungkin bersin itu jimatnya dia? Entahlah. Melinda ini encer juga otaknya. Sebangkuan sama Erni. Ya sama-sama pinter pokoknya. Melinda di sekolah itu gayanya kaya cupu banget. Tapi kalo lagi hang out? Beh. Ngga usah ditanya, dia keren. Keren sekeren-kerennya orang keren. Udah pinter, cantik lagi. Dulu dia pake behel, tapi sekarang udah dilepas. Dan kerennya ngga ilang:')

9. Rizqi Rahmatsyah
Nama panggilannya Eki. Eki anaknya rada childish, tapi menurut dia lebih bagus tua tapi sok-sok muda daripada muda tapi sok-sok tua. Ohya, Eki ini otaknya encer banget kalo udah soal Matematika. Dia pernah juara OSN Matematika juga. Anaknya penyayang, sukanya ditraktir. Eki juga member gengnya Mami Fiqa.

10. Yohane Novelia Siregar
Ada Yohana, ada Yohane. tapi Yohana yang tadi bukan kembarannya Yohane kok. Yohane ini anak sastra. Anaknya kecil, rambutnya badai, suaranya......ngga bisa dideskripsiin. Takut banget sama kucing. Pinter. Jago kimia. Anak karya tulis bangetlah Yohane ini. Anak teater juga. Apalagi ya? Pokoknya banyak. Yohane juga anggota geng Mami Fiqa.

11. Larasati Sekar Arum
Laras itu pendiem. Kadang juga gila. Kadang suka malu-malu, tapi kadang juga malu-maluin. Mukanya kadang longor, tapi cantik juga. Laras ini temen sebangkunya aku. Berkerudung. Alim. Gayanya anggun gimana gitu. Tapi kalo udah ketawa? Anggunnya ilang. Pinter, rajin, pokoknya ya gitu. Rajin banget pokoknya. Dia suka sama drama korea dan selalu ngasih USB ke aku. Kalimatnya, "Inget ya, Ndah. Tolong copy-in episode .... dan besok jangan lupa bawa. Aku mau nontooonnnnn"

12. Indah Putri Pradhina
Temen sebangkunya Larasati Sekar Arum. Duduk di belakang Rebecha Uli Ezra. Duduk di samping Risa Hardiyanti. Duduk di depan Teo Felicia Fireccius. Pacarnya Kim Jongin. Tapi Indah punya selingkuhan, namanya Byun Baekhyun. Oh ya, Indah juga punya selingkuhan kedua, namanya Luhan. Kembarannya Miranda Kerr. Calon model Victoria's Secret.

13. Risa Hardiyanti
Risa. Risa itu apa ya? Penyedia hekter untuk seluruh penghuni kelas. Penyedia isolasi. Penyedia gunting. Entahlah, Risa ini sebenernya siswa atau penjual alat sekolah. Risa itu pokoknya baik banget. Dia suka nulis namanya Risa Teuwi. Aku sendiri gatau arti Teuwi itu apa. Sudahlah, hanya Allah dan Risa yang tau. Risa juga satu-satunya orang dikelas yang bilang ke aku kalo aku ini rajin. I love you to the moon and back lah pokoknya.

14. Fini Yesti Desiyana Agnesi
Ya, calon suami Fini pasti pusing nyebut nama Fini pas nikah nanti. Fini ini anaknya sensitif banget kalo udah denger kalimat, "Cinta", "Love", "Sayang", dan lain-lain tentang Cinta. Pasti selalu di-cie-in sama Fini. Siapa sih yang ngga pernah di cie-in sama Fini? Pasti semuanya udah pernah. Tapi Fini baik banget kok anaknya. Ciyus deh.

15. Novia
Novia. Anaknya cuek. Dingin. Tapi otaknya? Ngga usah ditanya. Juara kelas nih. Kalo dikasih soal, ngga perlu nyatet soal, langsung tau jawabannya. Anggun. Cantik juga. Mukanya kadang kaya artis Korea, menurut aku. Jarang ngomong. Rambutnya badaiiiiiiiii~

16. Hengky
Entahlah kalimat apa yang bagus untuk Hengky. Paling tinggi di kelas. Anak basket. Tingginya 180+. Duduk di sebelahnya Novia. Kadang ngeselin. Ada yang bilang kalo muka Hengky kaya bule, entahlah. Mungkin iya. Lasak. Temen gaulnya dikelas ya si Derwin. Udah klop banget pokoknya.

17. Derwin
Ya...Derwin. Ganteng sih. Tapi kadang sama kaya Hengky. Tapi lebih baik Derwin. Oke, maaf Hengky. Derwin juga jago basket. Pengertian. Lembut sama cewe, katanya. Ya dia pinter tapi kadang-kadang males. Udah sering diomelin guru karena rambutnya yang entah itu model apa, tapi dia ga pernah kapok. Gapernah mau ganti potongan rambutnya. Korban bully-an Derwin dan Hengky itu selalu Ferry. Aku sendiri engga tau Ferry punya dosa apa sama mereka.

18. Feren
Feren ini amoy cantik yang pernah digila-gilai sama cowok-cowok pribumi di kelas. Mungkin Feren risih, tapi dia selalu tersenyum. Behelan. Amoy gaul. Pinter juga. Rambutnya juga badai:')

19. Herlina Monica
Herlina itu amoy yang bukan amoy. Kesan pertama ketemu sama Herlina, aku ngiranya dia agamanya Islam ternyata agamanya Buddha. Rajin. Pinter. Kacamataan. Kulitnya eksotis. Baik banget. Pokoknya Herlina itu temen sekelas paling baik lah dari kelas 10.

20. Ramadhini Puspita Nasution
Ini nih. Premannya IA 2. Dia cewe, tapi cowo. Dia cowo, tapi bukan cowo. Hehe, Dini ini perempuan kok. Anaknya juga baik. Cuek juga. Suka ketawa-tawa. Suka ngelawak. Kadang suka cerita juga. Pokoknya dia ini keren. Fyi, Dini jomblo :3 *engga tau untuk apa sebenernya informasi yang satu ini*

21. T Felicia Fireccius
Namanya badai kan? Wkwk. T itu artinya Teo. Tapi guru-guru sering nyebutnya Tengku-_- Felicia ini amoy polos yang rambutnya lurus di atas keriting di bawah. Comel pokoknya. Tapi sayang, Felice sudah memiliki pacar. Cie Feliceeeeee *cie ala Fini* Pacarnya Felice namanya Roy. Anak akselerasi. Tahun ini udah lulus. Pukpuk Felice. Felice pejuang LDR yang tangguh:')

22. Kurniadi
Well, kita semua tau kalo Kurniadi ini alay kan? Ya begitulah. Sekarang kealayannya sudah berkurang kok. Tapi ya gitu. Fyi, dia makan sehari 7 kali. Kayanya dia semangat banget kalo udah makan. Ohya, Kurniadi juga jago gambar. Dia sering banget cerita sama aku tentang apa aja. Sampe mimpi-mimpinya juga diceritain ke aku. Imajinasinya juga aneh-aneh. Engga ngerti lah aku sama jalan pikirnya si Kur.

23. Yasrina
Yasrina. Bendahara, partnernya si Atira. Berkerudung. Alim banget banget. Manis. Lucu. Kadang sinis. Tapi menurut dia, dia baik. Ya memang, dia baik. Temennya aku sama Laras. Kadang main sama Rian juga. Yasrina ini pinter banget. Otaknya encer lah pokoknya. Anak LCC nih. Samaan kaya Rian. Yasrina juga temen cerita yang baik dan suka memberi saran-saran yang cetar.

24. Zulfa Dianti
Anaknya putih kaya amoy. Jomblo. Zulfa ini partnernya aku. Dia sekretaris juga. Zulfa ini anaknya nyantai banget. Kalo cerita-cerita juga nyambung. Baik banget pokoknya si Zulfa ini. Berkerudung juga. Fyi, dia cinta banget sama Super Junior especially Bangkyu a.k.a si ava telur a.k.a Kyuhyun. Dia juga suka Chanyeol dan Sehun. Padahal Chanyeol sama Sehun kan mantan aku:) Zulfa ini kalo udah ketemu aku, ngomongnya Korea terus. Dia juga setia nemenin aku pas aku galau karena bias hahahaha. Kadang-kadang dia ngasih foto-foto bias yang dapat memancing emosi *sebenernya aku juga sering. contohnya aku pernah ngirimin Kyunny's kissing scene ke dia lol._.* Pokoknya temen seper-fangirling-an dan seperebutan bias kalo dikelas ya Zulfa ini *sebenernya juga seper-narsis-an kalo udah ketemu kamera* Cinta banget pokoknya sama perempuan satu ini. *maaf ini efek jomblo* Aku heran. Ini kenapa punya Zulfa panjang banget?:')

25. Amrullah Hafiz
Hafiz ini kocak, gokil, gaul, asik, baik, kulitnya sawo mateng. Badannya emang berisi, tapi dia ngga keliatan serem kok. Dia baik banget malahan. Kata orang sih, "muka preman, hati Hello Kitty". Oke maaf Hafiz. Hafiz orangnya juga nyantai banget. Suka ngelawak nih. Bagaikan Romeo and Juliet kalo udah bareng Fikri. Fyi, motornya warna merah, dia juga jomblo(?)

26. Kalika Dianti Franconnie
Cantik, pendiem lagi. Kalika ini anaknya diem banget. Suaranya juga pelan. Ngga pernah ngeganggu orang. Kalem aja. Baik juga. Baik banget. Kalika pernah ngundang kami sekelas ke acara ulangtahunnya. Pas ngeliat Kalika di acara ulangtahunnya......Kalika mirip Katniss. Inget gak baju merah yang dipake Katniss? Kalika pake baju kaya gitu. She looks gorg and stunning.

27. Prasetya Bima Praelja
Ini anak baik banget. Tapi kadang nyebelin. Behelan. Anak polisi. Temen mainnya Hafiz, Fikri, sama Taris. Kadang juga sama Eki, Gilang, dan Kevin. Dia suka beli Fanta, katanya biar bibirnya jadi merah-_- Terkadang Bima ini....agak aneh. Ohya, dia juga jago dalam masalah teknologi. Dia jago ngedit gitu. Dia juga fotografer. Anak paskibraka. Berbakat lah.

28. Muhammad Taris Albasjar
Lulusan SMPIT. Sekolah Islam gitu. Kata orang sih Taris mirip orang Arab. Entahlah. Alisnya badai, hidungnya juga badai, sok misterius, kadang kepo, baik, asik, nyambung kalo diajak ngomong. Katanya sih secret admirernya Taris ini banyak banget *ngga tau ini hoax apa fact* Ohya, kabarnya dia juga lagi deket sama anak kelas sebelah. Cieeee Taris *ala-ala Fini lagi* hehehehe.

29. Gilang Amagest
Gilang. Dia manusia. Terlangsing ketiga setelah Hengky dan Rian. Anak band. Nama band-nya kalo ngga salah Direct Attack. Direct Attack? Serangan langsung? Gatau ya arti dari Direct Attack itu apaan. Gilang jago gitar. Suaranya bagus. Baik banget. Perhatian. Temen deketnya Eki. Sering ga dateng sekolah. Absennya banyak. Tapi sekarang udah engga kok. Gilang juga salah satu anak Mami Fiqa.

30. Regina
Amoy. Sipit. Pipinya merona merah kalo pagi. Pinter. Lucu. Imut. Anak kesayangan guru juga. Regina ini baik banget walau kadang agak ribet. Dia punya toko gitu. Pokoknya kalo mau beli apa-apa, hubungi Regina aja:)))

31. Cristina
Pinter, comel. Sama deh kaya Kalika. Kayanya Cristina, Kalika, dan Widia tergabung dalam geng bernama "The Silent/Silence Geng". Anaknya dieeeemmm banget. Kalo bersin, gak kedengeran. Seriusan deh.

32. Widia Nora Dasril
Ini nih temen sebangkunya Cristina yang diem juga. Widia itu anak pindahan dari Padang. Pokoknya logat Padangnya itu khas. Ngga ilang dari Widia.

33. Ferry Surya
Ini sering jadi korbannya Derwin sama Hengky. Ferry ini jago banget matematikanya. Tapi.....tulisan Ferry hanya bisa dimengerti oleh Tuhan dan Ferry sendiri. Kalo ngomong juga ngga jelas. Hanya bisa dimengerti oleh Tuhan dan dirinya sendiri juga. Pokoknya dia sulit dimengerti. Tapi dia baik banget kok. Pinter juga:))

34. Bima Faqih Ramadhan
Temen sebangkunya Ferry nih. Punya panggilan yang sama dengan Prasetya Bima. Pas baru-baru putus sama pacarnya, dia sering galau. Tapi sekarang dia sudah move-on. Cie Bimaaaaaaa *teriak Fini* wkwkwkwk. Bima suka bully Ferry juga. Temen mainnya Derwin, Hengky, sama Ferry. Anaknya baik banget. Kadang suka cerita. Ya begitulah Bima. Ohya, for your information, dia adalah spammer:)

35. Andro
Andro ini orang Chinese. Rumahnya jauhhhhhh. Misterius banget. Cool gimana gitu. Pokoknya Andro ini ga banyak omong. Tapi Andro pinter. Pokoknya keren.

36. Kevin Situmorang
Kevin. Suka tidur di kelas. Nyenyak banget tidurnya. Ohya, HPnya juga sering bunyi pas pelajaran Matematika-_- Anak debat. Bukan debat Bahasa Inggris, tapi Bahasa Indonesia. Seneng banget bahasin politik. Walaupun sebangku sama Andro, Kevin ngga pendiem kaya Andro. Kevin suka ngomong. Apalagi tentang politik. Doain aja Kevin bakal jadi Presiden masa depan.

37. Rahmah Nur Hidayah
Panggilannya Jajak. Jajak ini salah satu anggota geng Mami Fiqa. Mamanya suka bawain makanan berbungkus-bungkus dan dia suka bagi-bagi ke temen yang lain. Jajak ini baik. Anak paskibraka. Kalo ngeliat Jajak, aku nginget es krim pinggir jalan yang "biasa banget" tapi harganya mahal kaya beli di kafe-kafe. Rasanya............................tanyakan kepada Prasetya Bima. Hahaha.

38. Fikri
Fikri itu ketua kelasnya IA 2. Baik banget. Sehidup semati sama Hafiz. "Temen" baiknya Hafiz. Putih. Berisi juga. Pengertian. Lembut kalo ngomong. Pokoknya baik lah. Dewasa. Kalo temenan sama Fikri, kalian dijamin ga rugi seratus persen(?) Fikri juga nyantai banget orangnya. Secara keseluruhan, Fikri keren tapi jomblo. Udah gitu aja;p

Siswa di kelas IPA 2 ada 38. Memang banyak sih. Tapi karena itulah kelas IPA 2 jadi rame hehehe ;p

Tuesday, March 11, 2014

Hujan di Bulan Januari

Aku duduk di bangku dekat jendela. Memerhatikan senja yang menghilang dilalap pekat awan yang memuntahkan hujan. Diiringi suara rinai yang merintik ritmis mengikis bebatuan. Menyatu bersama gemerisik daun yang tersapu embusan angin dingin. Seketika menjadi begitu hening saat kepala yang lengang disesaki oleh kesepian tanpa nama.

"Mungkin, akan ada sajak sendu tercipta. Atau puisi-puisi keharuan mengemuka. Seiring sepi yang tersisa dari hujan yang mereda..."

Selepas punggungmu menjauh, rindu menjadi sedemikian gigilnya. Alih-alih hujan bertugas sebagai pelepas penat selepas panas, kini telah menjelma selubung murung yang mengantarkan dingin. Selain kenangan yang mengalun setelahnya, yang tersisa hanyalah kesunyian tak bernyawa. Sembilu luka menyayat hati yang ringkih.

"Aku dan kau adalah jejak tapak kaki di tanah-tanah basah. Menunggu hujan membuatnya musnah. Atau menanti terik kemarau yang menjadikannya kekal."

Aku berdiri di samping bangku dekat jendela. Melangkah berlalu memunggungi kaca yang mengembun terkena tempias hujan. Berjalan pelan menuju kamar yang digerogoti kesunyian. Berharap bisa menuliskan catatan tentang hujan di bulan Januari; perihal aku, kamu, dan kehilangan tanpa salam perpisahan.

Source : http://mas-aih.blogspot.com/2014/01/hujan-di-bulan-januari.html

Wednesday, February 26, 2014

Pergi Jauh

Aku masih duduk di sudut itu. Duduk menggigil mendekap lutut. Hening telah sempurna memenuhi udara. Tak ada suara. Sepi. Tak ada apa-apa. Kecuali kenangan yang perlahan tercetak jelas dalam pikiran. Menyublim bersama bulir kerinduan yang menetes perih tak berkesudahan.

Kepadamu, rindu bisa sedemikian bengisnya. Aku kerapkali terjatuh karenanya. Tersungkur dalam ruang kosong penuh kehampaan bernama kenangan masa silam. Sesaat mengenangmu, aku larut dalam ketiadaan. Hati perlahan merintih menginginkan kebersamaan. Kepergian adalah skenario menjemukan.

Aku masih duduk di sudut itu. Menikmati desau angin yang berdesir lirih. Seketika hanyut dalam magisnya keheningan. Pelan-pelan kerinduan mengetuk sukma dalam-dalam. Menghadirkan perih pedih rasa yang telah lama ditinggalkan. Usang dalam damba yang kau lupakan.

Kepadamu, rindu bisa sedemikian jahatnya. Aku pernah tertikam olehnya. Jatuh bersimbah air mata yang menganak sungai. Membuat kesetiaan yang telah lama kujaga seketika memuai. Meninggalkanku yang sangsi menyaksikan pengabaian dan kepergianmu tanpa salam yang melambai. Kehilangan ada kesepian paling bosan.

Aku masih duduk di sudut itu. Bersama rindu yang perlahan menyusut dan mulai diratapi. Ditemani repih mimpi yang tersisa. Dinaungi nyala asa yang mulai pudar. Dengan rentang harapan yang tak lagi lebar. Tersudut dalam luka-luka yang kau torehkan dalam-dalam.

"Maka biarkanlah aku kini pergi jauh. Pada sebuah tempat di mana aku bisa menaruh kenangan rapat-rapat. Hingga aku tak kuasa untuk membukanya lagi."

Bahagiamu, inginku.
Pergilah sebebas yang kau mau, tak perlu lagi menoleh untuk sekadar menyaksikan kerapuhanku.

Sunday, January 12, 2014

Tentang Hujan dan Perasaan

Beberapa hari terakhir, hujan turun selebat-lebatnya. Airnya mengguyur seisi kota. Membuat kuyup apa saja yang ada dibawahnya tanpa ampun. Aku duduk bersandar didinding sambil mendekap erat kedua lututku, lalu cepat-cepat merapatkan selimut. Kakiku terasa begitu dingin karena tiupan air conditioner yang tak kunjung aku matikan.

Lebatnya suara hujan menembus dinding kamar. Rindu yang tercekat ditenggorokan, nyaris membunuhku. Hujan terus meneriakkan namamu. Petir tak mau kalah, ia ikut membantu. Yang bisa kulakukan hanya diam, menutup telinga dengan kedua telapak tangan yang terasa begitu dingin.

....dinginnya ruangan ini kalah dengan dinginmu. Bedanya, ruangan ini membuat gigil, sedang sikapmu membuat dada terasa sesak.

Aku tercenung mengingat kita yang tak kunjung bicara. Sikapmu yang dingin dan susah ditebak membuat benakku semakin ribut bertanya-tanya. Mengingat kita yang berpisah hanya karena masalah sepele. Air mataku menganaksungai membasahi bulu-bulu boneka yang juga aku peluk.

Aku bergegas mematikan air conditioner dan segera membuka jendela kamar lebar-lebar. Berdiri menatap lingkungan luar. Angin dingin khas musim hujan membawa desir air hujan menyentuh pipi diam-diam. Terasa basah, namun tak terlalu. Aku menarik napas dalam-dalam, lalu perih diam-diam menelusup ke dalam dada.

Hujan sudah mulai reda. Aroma petrichor yang menyengat kembali terasa. Perasaanku sedikit lebih tenang, tapi tetap saja aku belum bisa berhenti memikirkanmu.

Sepertinya aku harus mengaku. Aku.....rindu kamu. Sangat. Sangat rindu. Terasa lebih pekat, beku, dan selalu berhasil membuat candu.

Aku menutup jendela rapat-rapat. Menaiki kasur dan menarik selimut, namun kali ini tertidur. Berharap bisa melupakan semuanya.

Oh iya, aku bosan memeluk angin. Kapan aku bisa memeluk wujud nyatamu -lagi-?

Thursday, January 9, 2014

Semoga Ini Yang Terakhir

Sudah lebih dari satu jam, aku duduk diam ditengah-tengah hamparan luas padang ilalang. Hampa, kosong. Hanya aroma rumput segar yang tercium samar-samar -seperti baru dipotong-. Lalu aku tak sengaja mengingat kamu yang telah hilang. Sekelebat bayang dirimu yang masih tergambar jelas di kepala membuatku bergeming. Aku menghembuskan nafas panjang. Pikiranku mulai mengangkasa, kemudian mataku menerawang, jauh.

Kenapa secepat ini? Kenapa? Tak bisakah kita bertahan sedikit lebih lama daripada ini?

Apa? Air darimana ini? Tidak ada hujan. Tidak mendung. Dadaku......dadaku kenapa terasa begitu sesak? Mengapa sepertinya hatiku berkecamuk? Kerongkonganku juga terasa kering. Aku....aku butuh........ Tunggu, sepertinya aku pernah merasakan hal ini sebelumnya.

Ah! Selalu begini. Air mataku sudah sampai ke pipi. Iya, ini karenamu -lagi-. Harus sampai kapan begini terus? Aku lelah. Lelah menjelajahi setiap bukit kenangan kita yang kini terasa begitu jauh, sendiri. Lelah menghapus derap langkahmu yang acapkali muncul di tengah-tengah mimpi. Lelah memikirkan segalanya yang telah usai. Lelah berpura-pura sudah menghilangkan seluruh memori; tentang kita.

Air mataku semakin deras mengalir tanpa bisa dibendung. Cengeng, memang. Entahlah, aku masih tak mengerti mengapa air mataku terlalu nakal. Selalu mendesak turun setiap otakku secara tak sengaja memutar memori masa lalu. Tidak, tidak! Aku sudah mencoba menahannya, tapi tetap saja ia selalu memaksa untuk keluar, dan sialnya ia selalu berhasil.

Semilir angin membuat pipiku terasa sejuk. Aku segera menghapus air mataku dan merapatkan jaketku. Aku ingin tangis ini menjadi tangisan tentangmu untuk yang terakhir kalinya. Aku sudah terlalu lelah. Tolong, jangan usik aku lagi.

Tak lama, aku berdiri. Menaiki sepedaku dan melesat kencang menuju rumah. Dan entah kenapa, kali ini dunia terasa lebih ramah.